1.
Pengertian
Paragraf
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan
kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan
sesuatu gagasan pokok dapat dikomoniksikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil
sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang
disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf susunannya akan menyulitkan
membaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi
pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan
yang has. Disamping itu, karena paragraf merupakan bagian suatu pasal, maka antar
paragraf satu dengan yang harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga
sesuai dengan rangka sesuruh karangan . Oleh karena itu, sebuah karangan hanya
akan baik jika paragraf ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang
logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu
dengan paragraf atau alenia yang hanya terdiri atas satu kalimat. Bentuk
seperti itu dianggap sebagai bentuk paragraf yang kurang ideal dan dianggap
sebagai pengecualian. Dalam tulisan ilmiah, paragraf semacam itu jarang
dipakai. Ada beberapa alasan mengapa hanya terdapat satu kalimat dalam
paragraf, yaitu (a) paragraf atau alenia
tersebut kurang baik untuk dikembangkan
oleh penulisnya atau penulis kurang memahami hakikat paragraf, (b)
sengaja dibuat oleh pengarang dengan maksud hanya mengemukakan gagasannya
terdapat pada paragraf berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya
boleh ada satu ide pokok atau pikiran
utama. Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok atau
pikiran utama, alinea harus dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua
tujuan mengapa paragraf diperlukan, yaitu:
1. Untuk
memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam sebuah alinea hanya
boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema, paragraf itu harus dipecah menjadi
dua paragraf.
2. Untuk
memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal. Dengan demikian,
kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama daripada perhentian pada
ahir kalimat. Disamping itu, kita juga bisa berkonsentrasi terhadap tema
paragraf.
2.
Panjang
Paragraf
Dalam suatu paragraf, pernyataan
pokok (klimat topik) diikuti oleh
sejumbalh pernyataan pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus cukup
rinci sehingga gagasan utama yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai
pembaca. Rincian yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai pembaca.
Panjang pendeknya paragraf bergantung
sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran
atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan “daya baca” pembaca yang
menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu menjelaskan gagasan pokok
secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang belum dapat menjelaskannya, maka
perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai menjadi
jelas. Paragraf yang terlau pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat)
seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan,
paragraf yang terlampau panjang dan berbelit-belit justru akan mengaburkan
gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan.
3.
Macam-macam
Paragraf
a. Pembagian
paragraf berdasarkan posisi kalimat topik
Macam-macam paragraf dapat ditinjau
berdasarkan hal-hal berikut; (1) berdasarkan posisin kalimat topiknya; (2)
berdasarkan fungsinya dalam karangan; dan (3) berdasarkan sifat isinya.
Paragraf dapat dibedakan atas empat bagian, yaitu:
1.
Paragraf
Deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama
di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian
atau penjelasan khusus.
2.
Paragraf
Induktif
Paragraf induktif
adalah kebalikan dari paragraf deduktif. Kalau dalam paragraf deduktif pikiran
utama terdapat pada awal, pada paragraf induktif pikiran utamanya terletak di
akhir paragraf. Paragraf ini dimulai dengan pikiran penjelas terlebih dahulu, kemudian
baru diakhiri dengan pikiran utamanya.
3.
Paragraf
Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif
adalah paragraf yang pikiran utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf.
Pikiran utama yang terdapat pada akhir paragraf sifatnya mengulang kembali gagasan
utama yang terdapat pada awal paragraf.
4.
Paragraf
Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang
membangun paragraf ini sama pentingnya dan tak ada kalimat yang khusus menjadi
kalimat topik. Paragraf seperti ini sering dijumpai pada karangan yang
berbentuk narasi dan deskripsi.
b. Pembagian
paragraf berdasarkan fungsinya dalam karangan.
Berdasarkan fungsinya dalam karangan,
paragraf dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu paragraf pembuka, paragraf
pengembang, dan paragraf penutup.
1.
Paragraf
Pembuka
Paragraf ini bertujuan
mengantarkan pembaca kepada isi karangan. Sebagai paragraf pembuka, paragraf
ini harus dapat menarik minat dan perhatian para pembacanya. Selain itu,
paragraf ini juga harus mampu menyiapkan pikiran pembaca untuk mengetahui isi
karangan secara keseluruhan.
2.
Paragraf
Pengembang
Paragraf ini ada
penjabaran dari paragraf pembuka. Paragraf ini berfungsi untuk mengembangkan
inti permasalahan seperti yang telah dikemukakan dala paragraf pembuka.
Paragraf ini juga berisi penjelasan terhadap hal-hal yang akan diuraikan
selanjutnya. Selain itu paragraf ini
juga harus mampu mempersiapkan landasan untuk sebuah kesimpulan.
3.
Paragraf
Penutup
Paragraf ini merupakan
simpulan dari seluruh isi karangan. Oleh sebab itu harus mencerminkan seluruh
isi karangan tersebut. Sebagai sebuah simpulan, paragref ini tidak boleh
terlalu panjang.
c. Pembagian
paragraf berdarkan sifat isinya
Berdasarkan isinya, paragraf dapat
dibedakan atas lima bagian :
1. Paragraf
persuasi, yaitu paragraf yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang baik pembaca
ataupun pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis dengan
memengaruhi pikiran, pendapat, atau sikap pembaca, dengan memberikan penekanan
pada aspek emosional.
2. Paragraf
argumentasi, yaitu paragraf yang bertujuan membuktikan sesuatu dengan cara
penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan yang kuat berdasarkan
pada fakta-fakta yang kuat dengan maksud agar si pembaca terpengaruh.
3. Paragraf
narasi, yaitu paragraf yang berbentuk kisahan suatu kejadian atau peristiwa,
yang disusun secara kronologis (menurut urutan waktu) sehingga menjadi suatu
rangkaian. Dengan demikian, para pembaca akan merasakan urutan kejadian yang
digambarkan dalam tulisan.
4. Paragraf
deskripsi, yaitu paragraf yang menggambarkan atau menerima suatu objek, gagasan
tempat atau peristiwa dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah
melihat atau mengalami sendiri hal atau peristiwa yang digambarkan oleh
penulis.
5. Paragraf
eksposisi, yaitu paragraf yang menjelaskan tentang suatu permasalahan yang
dipaparkan secara runtut sehingga masalahnya menjadi jelas. Tujuan paragraf ini
adalah memberikan informasi atau penjelasan kepada pembaca dengan cara
mengembangkan gagasan sehingga bisa memperluas pengetahuan pembaca.
4.
Syarat-syarat
Pembentuk Paragraf
Sebuah paragraf yang baik dan efektif
harus memenuhi dua syarat, yaitu adanya kesatuan dan kepaduan (koherasi).
1. kesatuan
(kohesi). Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam
paragraf tersebut bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu.
2. kepaduan
(koherensi). Paragraf dianggap perlu jika semua kalimat yang membangun sebuah
paragraf saling berhubungan dan kompak antara kalimat satu dan kalimat yang
lainnya yang membentuk paragraf itu. Hubungan antarkalimat harus saling berkaitan, tidak ada
satu kalimat pun yang hubungannyatidak logis.
Cara mengaitkan hubungan
antarkalimat dapat dilakukan dengan melihat hubungan antarsubjek atau
antarpredikat.
Selain
dengan repetisi dan kata ganti, pertalian antarkalimat dapat
dijalin dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung,
ada beberapa macam kata atau frasa yang dapat dipakai untuk maksud yang berbeda.
Tabel
berikut ini memuat contoh kata dan frasa penghubung lengkap dengan fungsinya
masing-masing.
Fungsi
|
Contoh Kata dan Frasa
|
Menyatakan hubungan:
Akibat/hasil
Pertambahan
Perbandingan
Pertentangan
Tempat
Tujuan
Waktu
Singkatan
|
Akibatnya, karena itu, maka, oleh
sebab itu, dengan demikian, jadi
Berikutnya, demikian juga,
kemudian, selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya, tambahan lagi
Dalam hal yang sama, lain halnya
dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu
Akan tetapi, bagaimanapun,
meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian
Berdekatan dengan itu, di sini, di
seberang sana, tak jauh dari sana, di bawah, persis, di depan … di
sepanjang…
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu
Baru-baru ini, beberapa saat
kemudian, mulai sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika
Singkatnya, ringkasnya, akhirnya,
sebagai simpulan, pendek kata
|
5.
Struktur
Paragraf
Sebuah
paragraf terdiri atas satu pikiran utama ditambah dengan beberapa pikiran
penjelas atau pikiran pendukung. Pikiran utama adalah apa yang menjadi pokok
persoalan atau gagasan utama paragraf tersebut. Sementara kalimat penjelas atau
pikirian penjelas berfungsi menjelaskan atau mendukung ide pokok dalam paragraf
tersebut. Ada beberapa ciri pikiran utama, yaitu :
1. permasalahannya
berpotesial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut;
2. berupa
kalimat lengkap yang bisa berdiri sendiri;
3. artinya
cukup jelas, tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain;dan
4. dapat
dibentuk tanpa bantuan kata sambung
Sementara pikiran penjelas memiliki
ciri-ciri
1. tidak
dapat berdiri sendiri;
2. arti
kalimat itu baru akan jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam paragraf;
3. sering
memerlukan bantuan kata sambung atau frasa transisi (penghubung); dan
4. isinya
berupa rincian, keterangan, contoh, dan kata tambahan lain yang bersifat
mendukung kalimat topik (Finoza, 2002:147).
Kalimat
topik dapat
kita temui dimana saja dalam paragraf, baik di awal maupun di akhir paragraf.
Bahkan, ada paragraf yang seluruhnya berisi topik.
Paragraf yang kalimat topiknya terdapat
di awal paragraf disebut paragraf deduktif,
Paragraf yang kalimat topiknya terdapat di awal paragraf disebut paragraf induktif,
Paragraf yang kalimat topiknya terdapat di awal dan di akhir disebut paragraf
deduktif-induktif. Kalimat topik yang di akhir adalah simpulan dari kalimat
topik sebelumnya. Sementara itu, paragraf yang berisi seluruhnya kalimat topik
disebut paragraf penuh kalimat topik.
6.
Fungsi
Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi
keindahan karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa
kegunaan, sebagai berikut:
1. Sebagai
penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan paragraf
2. Alat
untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
3. Penanda
bahwa pikiran baru dimulai,
4. Alat
bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
5. Dalam
rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi,
dan penutup.
7.
Pola
Susunan Paragraf
Paragraf merupakan rangkaian kalimat
yang tersusun dengan pola runtunan tertentu, antara lain:
1. Pola
runtunan waktu
Pola
susunan ini biasanya dipakai untuk memberikan (mendeskripsikan) suatu peristiwa
atau prosedur membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Misalnya
cara melakukan percobaan, menyelesaikan masalah dan menggunakan suatu alat.
Pola susunan ini ditandai dengan “rambu” yang menyatakan runtutan waktu, lalu,
kemudian, setelah itu, sambil, seraya, dsb.
2. Pola
runtutan ruang
Apabila
penulis menggunakan pola runtutan ruang secara umum, ia akan menggunakan kata
seperti disebelah kiri, sedikit diatas, agak menjorok kedalam, dsb. Apabila
penulis menggunakan pola ini secara pasti, maka ia dapat menyebutkan ukurannya,
misalnya sepuluh sentimeter diatasnya, menjorok kedalam 1 m, memnentuk sudut 45
derajat, dsb.
3. Pola
susunan sebab-akibat
Pola
susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) menemukan alas an saecara
logis, (2) mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi suatu
peristiwa atau fenomena, (4) memprakirakan peristiwa yang akan terjadi.
Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah jadi, akhibatnya, menghasilkan,
sehingga, dll.
4. Pola
susunan perbandingan
Pola
ini digunakan untuk membandingkan suatu perkara atau lebih, yang disatu pihak
mempunyai kesamaan, sedangkan di pihak lain mempunyai perbedaan. Perbandingan
ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula,
sedangkan,sementara itu.
5. Pola
susunan daftar
Suatu
paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk daftar.
Susunan daftar dapat berformat (berderet ke bawah) atau tidak (mebaur di dalam paragraf
itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun
tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan berhubungan secara mulus
dengan kalimat induknya.
6. Pola
susunan contoh
Banyak
gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya
mengemukakan contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya atau
contohnya, tetapi adakalanya tidak.
7. Pola
susunan bergambar
Terdapat
pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik, diagram. dsb.)
untuk memperjelas maksud pernyataan tertulisanya. Dalam kaitan itu perlu
dicantumkan petunjuk kepada gambar bersangkutan supaya pembaca mengetahui
gambar yang harus dilihatnya, misalnya “lihat gambar 2”, atau “(gambar 2)”.
8.
Perpautan
dalam Paragraf
a.
Perpautan antar kalimat
Paragraf
yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat pernyataan di
dalamnya yang menurut tuntutan yang logis. Ada beberapa cara yang dapat dipakai
untuk memperpautkan kalimat agar diperoleh paragraf yang setali, antara lain
sebagai berikut :
1. mengulang
kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya obyek pada
kalimat pertama menjadi subyek pada kalimat kedua;
2. menggabungkan
dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk;
3. menggunakan
pernagkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain itu, kedua, lagi
pula, selanjutnya, sekalipun begitu, juga akhirnya, di satu pihak, dipihak
lain, sebaliknya, tetapi, oleh karena itu, kesimpulannya, dengan demikian,
dengan kata lain, dsb.;
4. menggunakan
pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata yang sama, dengan
sinonim, atau dengan kata ganti;
5. menggunkan bangunan perklaimatan yang seiring.
b.
Perpautan antarparagraf
Paragraf
mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai penggalan pikiran paragraf
yang satu terpisah dari paragraf yang lain. Sementara itu, sebagai pengagalan
pikiran pula paragraf merupakan mata rantai dari dari rangkaian paragraf yang
menyajikan gagasan-gagasan pengarang secara beruntun dengan tertib dan logis.
Dalam
pada itu pengarang menggunakan unsure perangkai yang memperpautkan paragraf
yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai tersebut dapat berupa kata yang
diulang, kata rangkai sebuah kalimat, atau bahkan sebuah paragraf.
1. Pengulangann
kata sebagai perangkai
Mengulang kata atau
pokok karangan dari pargraf yang satu pada paragraf berikutnya merupakan cara
yang baik untuk memperpautkan bebagai paragraf dalam sebuah karangan. Ketika
pembaca beralih membaca dari paragraf yang satu kepada paragraf berikutnya, ia
diingatkan oleh kata yang diulang itu kepada perkara yang dibacanya pada paragraf
terdahulu. Dengan demikian gagasan pada paragraf yang sendang dibacanya tidak
terlepas dari gagasan yang mendahuluinya.
2. Kata
rangkai
Cara lain untuk
memperpautkan sebuah paragraf pada paragraf yang mendahulinya adalah dengan
menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata
atau gugus kata rangkai yang sering dipakai untuk memperpautkan paragraf,
misalnya aneh, sementara itu, sebaliknya, namun, sebagaimana dikatakan di muka,
sehubungan dengan hal itu.
3. Kalimat
sebagai perangkai
Perangkai dapat pula
berupa sebuah kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf. Isinya dapat merupakan
kesimpulan uraian sebelumya.
4. Paragraf
sebagai perangkai
Perangkai dapat pula
berupa sebuah paragraf utuh atau pendek. paragraf seperti itu biasanya muncul
pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari bahasanya, dan hendak berpindah
pada bahasan yang lain. Cara mengguanakannya dapat bermacam-macam. Paragraf
dapat berupa ringkasan perkara yang dibahas sebelelumnya, satu atau beberapa
contoh mengenai masalah yang telah dibahas, atau dapat pula memperkenalkan
bahasan selanjutnya.
9.
Teknik
Pengembangan Paragraf
Paragraf sesuai metode-metode
pengembangan dengan dasar pembentukkan paragraf :
1. Klimaks
dan anti klimaks
2. Sudut
pandang → menurutku, menurut saya
3. Perbandingan
dan pertentangan → batuk, pilek
4. Analogi
→ perbedaan, ibarat, bagai (metafora) mungkin majas dan peribahasa bisa sebagai
fiksi
5. Proses
→ menjelaskan dari A- Z
6. Sebab-akibat
→ mengapa ?
7. Umum-khusus
→ seperti piramida terbalik (penjelasan kemudian inti)
8. Klasifikasi
→ pengelompokkan beberapa pokok kalimat
ConversionConversion EmoticonEmoticon